== Latar belakang ==
Tarian ini dikenal sebagai "''Rentak Kudo''" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti [[kuda]]. Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil [[panen]] [[pertanian]] di daerah Kerinci yang secara umum adalah [[beras]] ([[padi]]) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda [[musim kemarau]] yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada [[Tuhan|Yang Maha Kuasa]] (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam [[musim]] [[subur]] maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah [[hujan]].
== Asal-usul ==
Walaupun telah ada banyak tulisan yang menuliskan tentang asal-usul Tari Rantak Kudo, belum ditemukan sumber yang benar-benar menjelaskan asal-usul seni budaya ini di Kerinci. Hal ini diperkirakan karena sejarah Tari Rantak Kudo ini diperkirakan telah ada sejak lama sekali di daerah Kabupaten Kerinci. Menurut seniman-seniman senior (tua), kesenian ini telah dipelajari dan di laksanakan jauh sebelum mereka lahir namun asal-usulnya menjadi kabur seiring perjalanan waktu dan kurangnya perhatian dari [[sejarawan]] setempat.
Keberadaan seni tari Kerinci ini terus di jaga secara turun-temurun oleh seniman budaya Kerinci lokal dari generasi ke generasi, walaupun kerberadaannya sangat sedikit pada saat ini dan mulai pudar. Seni budaya ini sangat identik sekali dengan bahasa dan gaya bahasa masyarakat kerinci daerah Tanjung dalam menembangkanya [[nyayian]] ([[pengasuh]]) untuk mengiri kesenian dan tarian. Daerah Tanjung berada di hilir menyusuri sepanjang pinggiran sungai yang mengalir menuju Danau Kerinci. Hal ini terlihat dari lirik dan pantun serta bahasa Kerinci Hilir yang digunakan dalam mendendangkan lagu yang mengiringi gerakan tarian (pengasuh).
== Tata tari dan adat ritual ==
Tari Rantak Kudo dimainkan dengan diiringi alat musik [[gendang]] dan di iringi oleh [[nyayian]] yang berisi [[pantun]]-pantun, hal ini berbeda dengan [[Tari Rantak]] dari [[Minangkabau]] yang hanya diiringi instrumen musik. Para penari terdiri dari [[pria]] dan [[wanita]] yang menari dengan gerakan yang khas, yaitu kombinasi dari gerakan [[silat]] "''langkah tigo''" ("Langkah Tiga") dan tari. Biasanya tarian ini juga dipentaskan dengan pembakaran [[kemenyan]] tradisional upacara ritual yang membuat penari semakin khidmat dalam geraknya, bahkan kadang-kadang ada di antara penari yang mengalami [[kesurupan]].
Di [[Indonesia]] saat ini, tarian ini biasanya dipentaskan dalam acara-[[acara adat]] dan acara [[resepsi pernikahan]] adat [[Suku Kerinci|Kerinci]]. Salah satu lirik lagu di dalam pantun yang bersahut-sahutan adalah : "''Tigeo dili, empoak tanoh rawoa. Tigeo mudik, empoak tanoh rawoa''" ([[Bahasa Indonesia: "Tiga di Hilir, Empat dengan Tanah Rawang. Tiga di Mudik, Empat dengan Tanah Rawang"). Lirik tersebut menceritakan sebuah kisah pada zaman nenek moyang [[suku Kerinci]] dahulu kala, di kala pemerintahan para ''[[Depati]]'' ([[Adipati]]), Tanah [[Hamparan Rawang, Kerinci|Hamparan Rawang]] merupakan [[pusat pemerintahan]], [[pusat kota]] dan [[kebudayaan]] di kala itu, yaitu dalam lingkup ''Depati 8 helai kain'' yang berpusat di Hiang ([[Depati Atur Bumi]]) dimana Tanah Hamparan Rawang merupakan tempat duduk bersama (pertemuan penting dalam adat Kerinci).